Homeschooling saat ini sudah menjadi salah satu metode pendidikan yang dipilih para orangtua untuk mendidik putra-putri mereka. Pertama kali saya tertarik dengan metode pendidikan yang berbasis rumah (Homeschooling) adalah pada saat saya membaca buku Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karangan Tetsuko Kuroyanagi.
Pada saat itu, saya mempunyai perasaan, alangkah enak dan menyenangkannya jika sebuah sekolah bisa memenuhi minat hampir semua muridnya. Pembelajaran disesuaikan dengan minat masing-masing anak (teori Multiple Intelligences rupanya juga dipakai di sekolah itu). Belajar menjadi sesuatu kegiatan yang mengasyikkan dan menyenangkan sekali, bukan menjadi sebuah keharusan dan beban seperti yang saat ini kita lihat terjadi pada hampir semua anak-anak kita. Setiap anak yang mempunyai minat berbeda dapat terakomodir di dalam kelas. Sifat tenggang rasa dan saling menghargai di antara anak-anak terbentuk dengan adanya proses belajar yang seperti ini. Dan nilai bukan menjadi satu-satunya tolak ukur keberhasilan seorang anak. (Pada akhirnya hal-hal di ataspun saya temukan pada kelas dengan metode Montessori)
Bahwa belajar saat ini merupakan sebuah beban bagi anak-anak kita menjadi bertambah jelas setelah datang beberapa orangtua dengan anaknya ke tempat saya dan suami melakukan terapi dengan persoalan yang hampir-hampir sama yaitu tidak mau belajar atau kalau disuruh belajar marah-marah, selalu melupakan tugas dan kegiatan sekolah, susah berkonsentrasi pada saat belajar di sekolah, mogok atau tidak mau pergi sekolah, tidak menyukai atau membenci mata pelajaran tertentu, nilai pelajaran di sekolah menurun, sulit dibangunkan untuk sekolah, munculnya kondisi tertentu seperti sakit perut, atau selalu ingin bab pada saat hendak berangkat sekolah, rasa takut terhadap guru, dll.
Sehingga selain kami melakukan beberapa tehnik terapi, kami juga sering menganjurkan kepada orangtua anak tsb untuk mencari sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan anaknya (saat ini sudah ada beberapa sekolah yang menggunakan metode active learning) atau bisa mencari informasi dan menjajaki metode Homeschooling. Saya sendiri sudah beberapa tahun ini mencari tahu tentang Homeschooling walaupun sampai saat ini belum menerapkannya secara menyeluruh kepada kedua putri kami.
Dari pengamatan saya, ide Homeschooling menjadi pilihan bagi orang tua dalam mendidik para putra-putrinya sebenarnya terjadi karena:
- Adanya ketidak percayaan orangtua pada institusi formal dalam hal mendidik anak mereka. Orangtua merasa: - Sekolah menjadi tempat ”berbahaya” seperti tidak terkontrolnya pergaulan, banyak terjadi bullying, tauran, kasus narkoba yang cukup tinggi di kalangan anak sekolah saat ini, dll. Kepercayaan orangtua bahwa institusi pendidikan formal akan memberikan perlindungan dan rasa aman terhadap anak-anak mereka mulai luntur.; - Sekolah menjadi tempat yang ”merepotkan” karena rumitnya persiapan untuk mendapatkan sebuah ke sekolah seperti banyaknya aturan yang harus dipenuhi khususnya yang berhubungan dengan dana seperti uang buku, uang dafta ulang, dll; jalan menuju sekolah yang macet sehingga persiapan ke sekolah harus dilakukan pagi-pagi buta, dll. ; - Sekolah menjadi tempat yang eksklusive, hanya untuk orang-orang yang mempunyai uang karena institusi formal tidak disubsidi dengan baik oleh pemerintah.
- Adanya keinginan orangtua memberikan pendidikan guna menunjang masa depan anak yang sesuai dengan karakter anak tsb.
- Orang tua merasa bahwa anak adalah hadiah dari Tuhan sehingga harus benar-benar dijaga.
- Adanya filosofi yang menyatakan bahwa anak adalah titipan Tuhan sehingga orangtua berusaha memberikan bekal yang terbaik buat anak-anaknya.
- Adanya kegiatan anak yang sulit sekali disesuaikan dengan jadwal sekolah formal.
Menurut sebuah buku yang sudah saya baca, homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan secara at home (Paduan Lengkap Home Schooling karya Maulia D. Kembara, M.Pd.).
Dari beberapa buku Homeschooling yang saya baca, bahwa pelaksanaan metode homeschooling juga dapat mengaplikasikan teori Multiple Intelligences – Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence by Howard Gardner) guna membantu mengoptimalkan proses pengembangan anak karena homeschooling dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar setiap anak.
Berdasarkan buku Homeschooling: A leap for better learning karya Sumardiono, dikarenakan homeschooling bersifat unique karena di sesuaikan dengan nilai dan latar belakanG dari setiap keluarga yang berbeda, maka terdapat pilihan beberapa model untuk homeschooling seperti:
- School at-home
- Unit studies
- Charlotte Mason atau The Living Book Approach
- Classical
- Waldorf
- Montessori
- Unschooling atau Natural Learning
- Eclectic
Dan sesuai dengan apa yang beberapa waktu lalu saya pelajari, metode MONTESSORI sudah menerapkan hampir semua kriteria-kriteria yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode Homeschooling.
Jadi jika keinginan memberikan pendidikan yang ideal buat anak anda marilah kita mulai dari diri kita sendiri dan rumah kita dahulu. Jangan memberikan beban ini kepada orang lain tanpa kita memberikan andil yang lebih besar. Anank-anak terbentuk dari perilaku yang mereka tiru di sekitar mereka.
Mudah-mudahan apa yang ada dalam pikiran saya selama ini dapat dimanfaatkan oleh siapa saja.
Salam,
No comments:
Post a Comment